Kegagalan dan kekurangan diri sering menghantui pikiran seseorang. Kok hidup ini tidak berjalan mulus? Mungkin, dalam hati setiap orang pernah muncul pertanyaan semacam ini.
Jangan Jadi Pengecam Diri
Seharusnya kita selalu yakin bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah yang Mahasempurna. Keinginan untuk selalu sempurna biasanya mendorong munculnya perasaan tidak mampu melakukan apapun. Muncul pertanyaan lain, mengapa saya tidak selalu mendapatkan keinginan-keinginan saya? Akibatnya akan menggiring pada sosok pengecam diri yang ekstrim.
Seorang pengecam diri akan cenderung selalu berlebihan dalam menyikapi kekurangan. Dia suka menfokuskan satu detail negatif dan memikirkannya terus menerus. Hal ini justru akan bisa menghancurkan diri. Kecaman yang dialamatkan pada diri sendiri kadang membuatnya mengalami depresi, marah, tidak bersyukur, rendah diri atau egois. Akhirnya ia akan berubah menjadi cenderung menghalalkan berbagai cara demi mencapai obsesinya.
Belajar Mencintai Diri
Orang yang terlanjur menjadi pengecam diri hendaklah belajar untuk memperlakukan dirinya sebagai sahabat. Sangat tidak baik memaksakan sisi kelemahan diri untuk berbuat lebih dari kemampuan yang ada. Yang mesti disadari adalah bahwa kita termasuk makhluk yang diciptakan Allah dengan segala keterbatasan. Dari sinilah kita mesti selalu tergantung sama Allah.
Kekurangan pada satu sisi tidak menjadikan otomatis kita kurang pada sisi lain. Tergantng bagaimana kita mengasahnya. Berusahalah menghargai diri sendiri dan capaian usaha kita, baik kecil ataupun besar. Dengan begitu berarti kita telah mensyukuri nikmat pemberian Allah.
Jangan Takut Gagal
Orang yang takut gagal akan memroteksi diri dari hal-hal yang tidak diinginnya. Akibatnya pun seperti pengecam-diri tadi, menempuh berbagai cara untuk meraih obsesinya tanpa mempedulikan halal atau haram. Ada juga yang kemudian memilih tidak mau melakukan apa-apa. Bila sifat buruk ini tidak segera diperbaiki maka akan berakibat buruk, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Berpikirlah positif terhadap apa yang dilakukan. Selama berada pada jalan yang benar, yakinlah pertolongan Allah senantiasa menyertai langkah kita. Jangan takut gagal, inilah yang harus ditanamkan dalam pribadi masing-masing. Buang pikiran negatif yang hanya akan menghalangi langkah kita. Sesungguhnya segala sesuatu telah ditetapkan Allah. Bila menemui kegagalan pastikan bahwa keinginan itu bukanlah yang terbaik buat kita. Karena Allah tahu apa-apa yang tidak kita ketahui.
Siap Mental
Salah satu faktor yang ikut meringankan kegelisahan dan kesedihan menghadapi musibah adalah memperkirakan kemungkinan terburuk. Disamping itu juga mempersiapkan mental dalam menghadapinya. Bila ini sudah dipikirkan hendaklah berusaha meminimalkan persoalan sesuai dengan kemampuan. Dengan kesiapan mental maka akan mampu mengecilkan bobot musibah tersebut. Terutama bila kita berusaha melawan sesuai dengan kemampuan. Dengan begitu kita dapat memadukan kesiapan mental dan usaha maksimal untuk mengalihkan perhatian dari musibah.
Ikhtiar dan Do’a
Salah satu kiat untuk menghilangkan kesedihan sehingga digantikan dengan kesenangan adalah menghilangkan faktor yang mampu mengundang kegembiraan. Caranya, lupakan musibah-musibah yang sudah berlalu dan tidak mungkin bisa diatasi. Sambut masa depan yang baik, diantaranya dengan do’a yang diajarkan Rasulullah saw:
اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُوا فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْ فَةَ عَيْنِ, وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ, لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, rahmat-Mu begitu aku harapkan, maka janganlah kau pasrahkan urusanku pada diriku sendiri, walaupun sekejap mata. Dan perbaikilah urusanku semuanya. Tidak ada sesembahan yang hak melainkan Engkau.” (HR. Abu Dawud)
Tetaplah berusaha, disamping selalu berdo’a kepada Allah swt memohon pertolongan-Nya, agar kita sukses mendapat apa yang kita inginkan. Sebagaimana sabda Nabi saw:
“Berusahalah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagi mu, memohon pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu janganlah kamu mengatakan: “Seandainya saya dulu berbuat begini tentu hasilnya akan begitu. Tapi katakanlah: “Allah sudah menakdirkan dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” Sebab sesungguhnya perkataan seandainya akan membukakan pintu perbuatan setan.” (HR. Muslim)
“Ketahuilah bahwa jalan keluar beserta kesulitan dan kemenangan disertai kesabaran dan sesungguhnya bersama kesukaran terdapat kemudahan.” (HR. Ahmad)
Tegar dan Tawakal
Bila segala kehidupan ini kita kembalikan kepada Allah swt, bertawakal tanpa keraguann bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan, maka perilaku pengecam diri tidak akan muncul.
... وَمَن يَتَوَكَلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ...
“…..Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupinya…..” (Ath-Thalaq:3)
Kita akan menyadari bahwa kegagalan dan kekurangan merupakan suatu bentuk cobaan. Itu akan meningkatkan keimanan, memperkuat keyakinan dan mendorong semangat untuk terus berhubungan dengan Allah swt. Sebab dengan kelemahan diri, kita tahu betapa Mahakuat dan Maha Perkasanya Allah swt. Demikianlah sifat seorang mukmin dengan keimanan yang benar, dengan tauhidnya yang bersih dan dengan segala iltizam (komitmen) yang sungguh-sungguh.
Terdapat riwayat yang sahih bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Sungguh ajaib urusan seorang mukmin. Setiap urusannya akan mendatangkan kebaikan. Bila dia mendapatkan kesenangan dia bersyukur, dansyukur itu adalah kebaikan untuknya. Bila dia mendapatkan musibah dia bersabar, dan sabar itu adalah kebaikan untuknya. Hal itu tidak diberikan untuk siapapun kecuali untuk seorang mukmin.” (HR. Muslim)
Orang yang kuat adalah orang yang mampu menjalani kehidupannya dengan penuh kepasrahan kepada Allah, berusaha dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa. Dia memandang suatu kegagalan sebagai bagian dari kehidupan yang harus dihadapi dengan tegar. Inilah salah cara yang ampuh untuk mengobati penyakit jiwa, bahkan penyakit fisik, dengan menghadirkan hati yang kuat nan tegar.
Seorang muslim yang kuat lebih dicintai Allah swt.
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah, daripada seorang mukmin yang lemah.” (HR. Muslim)
Jadikanlah kegagalan sebagai suatu pengalaman berharga. Belajarlah dari kegagalan yang pernah dialami, agar kita tidak melakukan ketololan unuk kedua kalinya. Ingat seorang mukmin tidak akan terjatuh ke dalam lubang untuk kedua kalinya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar