Kamis, 06 Desember 2012

Membaca Cepat

Membaca adalah perintah Allah swt yang pertama kepada umat akhir jaman. Suatu perintah yang membuka dasar segala tindakan, ucapan, dan perbuatan, yaitu ilmu pengetahuan. Tidak bisa dipungkiri membaca merupakan titik tolak untuk maju dan berkembang. Tindakan dan perbuatan membutuhkan ilmu, dan mencari ilmu yang paling mudah adalah dengan membaca. Sungguh perintah Allah swt memang selalu penuh hikmah.

ARTI MEMBACA

Secara umum berarti melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis. Kalau cuma begitu, tentu budaya manusia tidak bisa berkembang. Membaca mestinya mempunyai makna lebih dari itu.

Yakni melihat tulisan dan memahaminya, kemudian mampu menuangkan kembali dalam bentuk pemikiran dan lisan, menginterpretasikan, atau memperoleh pengetahuan baru. Dari ini, maka membaca tak sekadar melafalkan bunyi a-i-u-e-o dan konsonan dalam bentuk kata, tapi lebih sebagai aktivitas makhluk berperadaban dan berkebudayaan.

JENIS PEMBACA

Pertama, pembaca biasa. Mereka ini hanya sekadar melek huruf, namun tidak banyak memanfaatkan untuk mengembangkan potensi intelektualnya

Kedua, pembaca fungsional. Mereka pembaca yang sadar dan penuh inisiatif selalu memanfaatkan kemampuan membacanya untuk meningkatkan nilai diri. Juga untuk mengembangkan potensi intelektualnya. Tentunya sebagai generasi muda muslim kamu tidak ingin menjadi pembaca yang pertama.

Dalam tuntunan agama pun membaca -yang merupakan aktivitas mencari ilmu- menuntut suatu kelanjutan, yaitu mengamalkan kemudian mendakwahkannya. Abu Darda ra pernah berkata, “Engkau tak akan menjadi orang yang bertakwa hingga mempunyai ilmu. Juga tidak akan menjadi orang yang baik hingga engkau mengamalkan ilmumu.”

Jadi, tuntunan menjadi pembaca fungsional telah dikehendaki olah Islam. Di samping dalam bidang agama , juga harus diterapkan untuk ilmu dunia yang syar’i demi kemaslahatan umat. Jangan tunggu esok hari untuk menjadi seorang pembaca fungsional.

KEBUTUHAN MASA KINI

Satu atau dua buku untuk satu pelajaran pada tingkat MTs/MA adalah wajar, tak begitu menyulitkan untuk dipelajari. Tapi gimana kalau sudah dibangku kuliah? Untuk paham satu mata kuliah butuh sampai empat buku, itupun masing-masing tebalnya bisa 300-an halaman. Itu baru satu mata kuliah. Padahal waktu mempelajarinya begitu sempit, Cuma sekitar empat bulan. Gimana, ya? Bisa selesai nggak?

Keadaan seperti ini, membaca cepat tapi paham sangat diperlukan.

Rata-rata kemampuan membaca diperkirakan sekitar 100-250 kata per menit (kpm). Seberapa cepat itu bisa ditingkatkan? Jawabannya bervariasi. Namun dengan menyediakan waktu berlatih membaca-cepat 2 jam per pekan, selama empat pekan pertama diharapkan ada peningkatan 2 kali dari sebelumnya. Tentu diperlukan pemandu yang terlatih, atau setidaknya dengan buku panduan yang mudah dan praktis.

Norman Lewis dalam “How to Read Better and Faster” mengemukakan fakta di Reading Clinic, Darmouth College dan kursus membaca cepat Universitas Florida dan Universitas Purdue. Bahwa orang yang tidak terlatih hanya mampu membaca 110-245 kpm. Setelah latihan selama 2 sampai 4 pekan -sayang tidak disebutkan jumlah jam latihan- kemampuan mereka meningkat menjadi 325-500 kpm.

FAKTOR UTAMA

Apa yang bisa membuat kita mampu membaca dengan kecepatan mengagumkan tersebut? Pelatihan? Bisa jadi. Tapi ada sesuatu yang lebih penting, kemauan! Seorang pembaca fungsional senantiasa punya kemauan untuk terus…dan terus membaca dan terus belajar membaca lebih baik.

Christine Nutall, penulis “Teaching Reading Skill in a Foreign Language”, mengatakan bahwa membaca sebenarya tidak dapat “diajarkan”. Orang harus membuka diri untuk bersedia belajar membaca. Artinya, faktor kemauan lebih dominan ketimbang faktor pengajar atau pelatih. Seseorang dapat belajar membaca, sekalipun tanpa pengajar khusus (?). Juga untuk membaca cepat.

MENCOBA SENDIRI

Lalu kenapa tak mencoba sendiri untuk belajar membaca cepat? Di bawah ini ada kiat-kiat dasar yang menarik terutama jika yang dibaca adalah buku pelajaran, diktat kuliah atau buku serius lainnya.

Memahami kecepatan buku
Pertama kali, perlu disadari bahwa setiap jenis bacaan memiliki kecepatan yang berbeda. Bacaan ringan, Majalah Remaja Islam misalnya, membutuhkan waktu yang lebih cepat ketimbang buku teks pelajaran fisika modern. Sama pembahasan, tapi beda penulis, beda gaya penulisan, atau beda judul buku pun kadang mengakibatkan adanya perbedaan kecepatan membaca.

Menyusun rencana
Setiap semester, ukurlah waktu yang diperlukan untuk membaca satu bab buku. Berapa halaman yang berhasil dibaca dalam satu jam. Dari ini kamu dapat merencanakan waktu membaca dan belajar dengan baik.

Cari yang terpenting
Mula-mula bacalah satu bab dengan cepat. Identifikasi bagian-bagian yang penjelasannya paling banyak untuk suatu topik. Bila banyak diagram untuk suatu konsep, maka konsep itu bisa dipastikan penting. Bila kamu dikejar waktu, lewati bagian yang paling sedikit penjelasannya.

Awas! Kalimat pertama dan sub judul
Hati-hati dan cermati kalimat pertama dalam setiap paragraf. Buku teks biasanya berparagraf deduksi, artinya kalimat utama atau pokok pikiran terletak diawal paragraf. Jika sudah paham maksud kalimat pertama, kita siap bahkan sedikit bisa memprediksi kandungan paragraf tersebut.

Catat kalimat pertama pada setiap paragraf, juga sub judul sebelum kamu membaca bab tersebut. Ini cukup membantu pemahaman, karena kita sudah siap dengan kerangka pikir bab tersebut. Setelah itu, coba tutup bukumu dan tanyailah dirimu, apa yang kamu ketahui dan tidak ketahui (?) sebelum kamu mulai membaca.

Fokus pada kata benda dan subyek kalimat
Fakuskan bacaanmu pada kata benda dan subyek setiap kalimat. Carilah kombinasi kata benda-kata kerja.

Misalnya pada kutipan berikut ini:

Pengondisian klasik adalah pembelajaran yang terjadi ketika kita menghubungkan dua stimuli dalam suatu lingkungan. Satu dari stimuli ini memicu respon refleksif. Stimulus kedua secara alami bersifat netral terhadap respon tersebut, tetapi setelah yang kedua ini dipasangkan dengan yang pertama, ia akan memicu responnya sendiri.

Kamu dapat meringkasnya seperti ini:

Pengkondisian klasik = pembelajaran = menghubungkan dua stimuli. Stimulus pertama = memicu respon stimulus kedua = netral alamiah, tetapi berpasangan dengan stimulus pertama ---> memicu respon

Daripada membaca dan membaca ulang suatu wacana, cobalah membuat catatan seperti di atas. Kamu hanya mencatat bagain-bagian yang penting. Sekali kamu membuat catatan semacam itu, kamu tidak perlu kuatir dengan sisa wacananya.

Memang perlu waktu berlatih, mungkin dalam hitungan pekan. Yang penting adalah niat dan kemauan dalam dirimu. Ingin menjadi pembaca fungsional atau benar-benar hidupnya penuh makna, bermanfaat dunia akhirat, untuk diri sendiri dan umat. Ada niat yang kuat, rintangan bisa dibabat. Ciaaat!!!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar